Senin, 10 Februari 2014

Museum Balanga Palangkaraya, Kalimantan Tengah



Museum Balanga, adalah Museum milik Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah, museum beralamat di Jalan Cilik Riwut Km 2,5 Palangkaraya, Lokasi Museum terletak ditepi jalan protokol, mudah untuk didatangi oleh pengunjung

Status Museum Balanga tadinya adalah Museum Daerah, dan keberadaannya di kota Palangkaraya sudah ada sejak Tahun 1973 silam, kemudian seiring dengan berjalannya waktu, pada Tahun 1990 status Museum Balanga ditingkatkan menjadi Museum Provinsi




Museum dibuka untuk umum pada hari Senin sd Sabtu dari pukul 07.00 sd 14.00 WIB (kecuali Hari Jumat sd pukul 10.30), sedangkan pada Hari Minggu dan Hari Libur Nasional, Tutup

Pengunjung museum dikenakan biaya masuk, tiket masuk Dewasa dan Mahasiswa 2.500 rupiah/orang, dan untuk pelajar 1.000 rupiah/orang, untuk kunjungan rombongan, sebaiknya menghubungi pihak museum sebelum hari kedatangan agar bisa mendapat pelayanan yang lebih maksimal

Sepengetahuan Saya, hari kerja (buka) museum di beberapa kota lain yang pernah Saya kunjungi, biasanya buka pada hari Selasa sd Minggu, sedangkan Hari Senin dan Hari Libur Nasional, Tutup

Untuk pengunjung dari luar kota seperti Saya (dari Banjarmasin), ketidaktahuan mengenai hari libur museum ini, terasa menggangu juga, Saya datang Minggu pagi dan rencananya pulang pada sore harinya, karena museumnya tutup, maka Saya putuskan untuk menginap satu malam di Palangkaraya, agar waktu dan tenaga yang Saya habiskan dijalanan tidak terkesan sia-sia

Pengaturan hari kerja yang berbeda ini, menurut Saya syah-syah saja, Saya menuliskannya disini hanya untuk berbagi pengalaman kepada pengunjung lain untuk menyesuaikan rencana hari kedatangan ybs dan tidak mengulang kesalahan yang telah Saya alami

Setelah membayar harga tiket masuk, kemudian Saya memasuki Gedung Pamer, pengunjung lain yang bersamaan datang, tidak terlihat, padahal jam tangan Saya sudah menunjukan angka 10.30

Saya maklum, ditempat manapun jumlah pengunjung museum, pasti kalah banyak dibanding dengan jumlah pengunjung Mall atau pertunjukan musik

Bisa jadi, keberadaan Museum Balanga ini belum banyak diketahui oleh masyarakat luas, atau kurangnya minat masyarakat setempat untuk melihat benda sejarah dan benda budaya daerahnya sendiri

Kurangnya jumlah pengunjung ke Museum Balanga ini, Menurut Saya, bisa diantisipasi oleh Pengelola Museum dengan cara-cara lama yang biasa dilakukan oleh pengelola museum di kota lainnya, sederhana, murah, dan biasanya manjur

-Menjalin kerja sama dengan Dinas Kemendikbud setempat, agar seluruh sekolah (dari TK sampai SMU) yang ada di Palangkaraya dan kota-kota disekitarnya, membuat jadwal kunjungan sekolah secara bergiliran ke Museum

-Menyelenggarakan lomba karya tulis secara berkala untuk Tingkat Pelajar, Mahasiswa, dan Umum, dengan topik yang berkaitan dengan benda koleksi yang terdapat di museum

-Melengkapi fasilitas museum dengan Kantin, Mushola, dan Tempat Penjualan Souvenir khas daerah

-Melanjutkan promosi yang pernah dilakukan sebelumnya, bisa melalui media setempat atau nasional, atau hanya cukup dengan memasang baliho pada tempat yang banyak dilalui oleh umum    

Ritual Upacara Adat Tiwah


Area kompleks museum ini mempunyai luas sekitar lima hektar, selain untuk jalan, halaman dan taman, dilahan ini berdiri beberapa buah bangunan yang berfungsi sebagai Perkantoran, Perpustakaan, Gedung Pamer, dan Gedung Penyimpanan koleksi cadangan

 


Gedung Pamer Museum Balanga terdiri dari dua buah bangunan kembar yang dipisahkan oleh semacam koridor atau halaman beratap



Bagian dalam Ruang Pamer disetting menjadi dua lantai, Penerangan didalam ruangan cukup baik, Ruangan terlihat luas dan bersih serta berpendingin udara, membuat pengunjung merasa nyaman

Sama seperti pada museum lain yang pernah Saya datangi, museum ini juga memiliki ribuan koleksi benda budaya dan benda sejarah, seperti koleksi Ethnografi, Historika, Arkeologi, Kramologi, Numistika, Heraldika, Biologika, dan Geologika



Benda koleksi museum berjejer rapi memanjang dan melingkar, beberapa diantaranya diletakkan pada rak kaca tertutup untuk menghindari kerusakan dan untuk mencegah kontak langsung dengan pengunjung yang berkeinginan untuk memegang   

Koleksi ditata sedemikian rupa oleh pengelola museum berdasarkan Alur Kehidupan manusia, dimulai dari Fase Kelahiran, Perkawinan, dan terakhir adalah Fase Kematian, sehingga pengunjung merasa seakan dibawa kesuasana Kehidupan tradisional Suku Dayak tempo dulu

Tiga fase kehidupan ini dilengkapi pula dengan sejumlah benda koleksi untuk upacara adat, yaitu aneka benda yang lazim dipakai oleh Masyarakat Dayak untuk Menyambut kelahiran dan Pemberian Nama anak (Mapandui, Nahunan), Proses Meminang (Hakumbang Auh), dan penguburan jenazah atau tulang jenazah (Tiwah)

Koleksi lain yang menarik dan unik yang bisa dilihat disini, adalah Koleksi Keramik (Balanga), Miniatur Rumah Adat Suku Dayak (Betang), Busana Pengantin, serta Topeng Sababuka


Balanga, adalah nama lain dari Guci, menurut pemahaman Masyarakat Dayak, Guci dianggap sebagai symbol penghargaan kepada Tuhan, Leluhur, dan Mahluk lain yang ada didunia


Belanga terbuat dari tanah liat, begitu pula halnya dengan manusia, yang awalnya juga terbuat dari tanah, maka menurut mereka guci layak dihormati seperti manusia

Betang, adalah Rumah Adat Suku Dayak, biasanya digunakan sebagai rumah bersama yang dihuni oleh beberapa Kepala Keluarga yang dipimpin oleh seorang Ketua Adat


Sebuah sub kelompok masyarakat yang terbentuk dari ikatan keluarga sedarah atau kekerabatan yang hidup bersama pada lingkungan terbuka, terisolir, jauh dari kelompok masyarakat dayak lainnya

Sababuka, adalah topeng yang digunakan sebagai perlengkapan untuk keperluan upacara pada kematian
Menurut pemahaman mereka topeng Sababuka merupakan symbol adanya keseimbangan antara kehidupan dan kematian



Topeng ini dikenakan oleh sejumlah penari sambil mengiringi jenazah yang akan dikubur, agar orang yang sudah meninggal maupun keluarganya yang masih hidup, akan sama-sama sejahtera
  
Maja Ngguang Museum Balanga, Hinai Tundah Kula, terjemahan bebasnya kira-kira begini “Sila Datang Lagi ke Museum Balanga”

Hari telah menjelang siang ketika Saya meninggalkan Museum Balanga untuk kembali ke hotel, kemudian mengemasi barang dan meluncur pulang ke Banjarmasin


2 komentar:

Unknown mengatakan...

Wuiihhhh... terlihat sepi yah? Mau masuk.. cuma belum kesampaian pak..

Anonim mengatakan...

Thanx.
Info bagus, kebetulan saya ingin kesana.
Ibu Ayu